ceritasinopsis.blogspot.com | Di rumah, Navya berbicara dengan Ritika di telepon. Ritika meledek Navya bahwa di rumah pasti Navya merasa terkekang bak berada di kamp militer. Navya tidak bisa mengelak dari ledekan itu, tapi ia menjelaskan jika kekuasaan Ayahnya tidak lebih hebat dari Hitler kok. “Oiya, bagaimana keadaan Ranvir?” tanya Navya.
Ritika menyahut jika Ranvir baik-baik saja dan meminta Navya untuk ngampus besok. “Ucapinlah terima kasih sama Anant,” pinta Ritika. Sayang, jawaban Navya jauh dari harapan Ritika. Navya menjawab bila dirinya lebih baik menjauhinya. Jauh di seberang telpon sana, Ritika menggelengkan kepalanya, “Tidak Navya. Ucapinlah terima kasih pada Anant, setidaknya sekali saja. Eh, Navya udahan dulu ya, Ranvir nelpon nih.” Ritika pun menutup telponnya.
Setelah telpon ditutup, Navya memikirkan kembali apa yang telah Anant lakukan untuk menyelamatkannya. Ia merebahkan tubuhnya di tempat tidur dan bergumam, 'Bagaimana cara aku meminta maaf padanya? Berada di depannya saja, hatiku mulai berdetak-detak cepat.'
Lalu, Navya memikirkan plot bagus untuk mengatakan terima kasih pada Anant. Ia akan menemui Anant, mengucapkan terima kasih dengan cepat, dan menjauhinya tanpa melihat matanya. Ia tersenyum memikirkan plot tersebut, tapi sesaat kemudian senyumnya hilang menjadi kegalauan ketika tiba-tiba benaknya teringat mata Anant yang memandanginya.
Navya pun menutup matanya sendiri, seolah-olah telah melihat Anant secara langsung.
Keesokan pagi, Navya menyambut pagi dengan begitu bersemangat. Ia membongkar semua pakaiannya dan memilih salwar suit berwarna ungu untuk dikenakannya ke kampus (dan menemui Anant). Ketika ia menyetrika bajunya itu, Ibu datang dan bertanya ini-itu soal pakaian yang dibongkar Navya. Takut ketahuan, Navya meminta Ibunya keluar dari kamarnya. Setelah Ibu keluar, Navya mulai berlatih cara mengucapkan terima kasih kepada Anant yang terdengar keren.
***
Di sisi lain, Anant bicara ditelpon dengan seorang teman mengenai beberapa rencana yang akan dilakukannya di kampus. Adik perempuan Anant datang dan menggoda Anant telah jatuh cinta dengan seorang gadis tidak dikenal di hari pertamanya kuliah, terlebih itu adalah Hari Valentine.
Mereka berpapasan dengan Nenek. Melihat tingkah adiknya Anant, Nenek menegusnya, “Kamu ini sama seperti Ibumu, sama sekali tidak berguna.” Mata adiknya Anant berkaca-kaca. Ia segera pergi meninggalkan Anant dan Nenek.
Anant kemudian bertanya pada Nenek apa yang dilakukan Nenek di kamarnya? Dengan ketus Nenek menjawab, “Apa aku tidak boleh datang ke kamarmu tanpa melakukan apapun? Atau aku harus kembali ke Abhaya?” Anant meminta maaf karena pertanyaannya lancang. Nenek mengiyakan, untuk sekali kesalahan bisa dimaafkan, tapi tidak berkali-kali. (Dasar nenek-nenek! :p).
Ayah Navya sarapan, saat istrinya mengatakan padanya bahwa dirinya mau memanggil mertuanya Renuka.
Meeta datang ke meja makan. Ayah bertanya padanya bahwa dirinya mau bertanya pada Navya soal pemuda itu. “Aku akan menanyainya sekembalinya ia dari kampus,” sahut Meeta.
“Navya kan sudah punya banyak teman perempuan. Jadi dia nggak usah punya teman laki-laki!” terang Ayah. Pada akhirnya, pria paruh baya itu berangkat kerja.
Di kampus, Navya melihat Appy dan Ritika di kejauhan. Segera, dia mendekati mereka.
“Wah, kamu ini hebat banget, Navya, dua tahun aku berusaha menjadikan diriku terkenal di kampus ini tapi nggak bisa-bisa. Kamu hanya butuh waktu satu hari untuk terkenal seorang diri,” ucap Appy mencandai Navya.
“Seorang diri?” tanya Ritika, kemudian mengimbuhi, “Siapa bilang dia seorang diri? Dia bersama Anant loh.”
Keduanya lalu menyadari penampilan yang berbeda dari Navya. Hal itu membuat Navya malu. Tiba-tiba Ritika berteriak, “Hei, itu Anant!” Navya menoleh tapi tidak menemukan siapapun ada di sana. Tahulah dia sedang dikerjai Ritika. Dia mengejar Ritika yang bersembunyi di balik badan Appy. Saat itu, Anant benar-benar lewat dan Appy segera memberitahu Navya.
Navya tidak percaya. Appy menegaskan jika itu benar-benar Anant. Navya pun menoleh dan menemukan Anant berjalan sambil memainkan lempar buku. Ritika langsung menyuruh Navya untuk mengucapkan terima kasih.
“Nggak ah,” nyali Navya menciut begitu melihat wajah Anant, “Paling dia juga sudah lupa dengan gadis yang diselamatkannya.”
Appy dan Ritika terus mendorong Navya ke arah Anant untuk melakukannya. Keberanian Navya muncul. Begitu mulai mendekati Anant, seorang mahasiswi lain tiba-tiba muncul dan langsung memeluk Anant. Navya mundur teratur, kecewa. Sementara Appy dan Ritika terkejut dengan apa yang mereka lihat.
Ritika menyahut jika Ranvir baik-baik saja dan meminta Navya untuk ngampus besok. “Ucapinlah terima kasih sama Anant,” pinta Ritika. Sayang, jawaban Navya jauh dari harapan Ritika. Navya menjawab bila dirinya lebih baik menjauhinya. Jauh di seberang telpon sana, Ritika menggelengkan kepalanya, “Tidak Navya. Ucapinlah terima kasih pada Anant, setidaknya sekali saja. Eh, Navya udahan dulu ya, Ranvir nelpon nih.” Ritika pun menutup telponnya.
Setelah telpon ditutup, Navya memikirkan kembali apa yang telah Anant lakukan untuk menyelamatkannya. Ia merebahkan tubuhnya di tempat tidur dan bergumam, 'Bagaimana cara aku meminta maaf padanya? Berada di depannya saja, hatiku mulai berdetak-detak cepat.'
Lalu, Navya memikirkan plot bagus untuk mengatakan terima kasih pada Anant. Ia akan menemui Anant, mengucapkan terima kasih dengan cepat, dan menjauhinya tanpa melihat matanya. Ia tersenyum memikirkan plot tersebut, tapi sesaat kemudian senyumnya hilang menjadi kegalauan ketika tiba-tiba benaknya teringat mata Anant yang memandanginya.
Navya pun menutup matanya sendiri, seolah-olah telah melihat Anant secara langsung.
Keesokan pagi, Navya menyambut pagi dengan begitu bersemangat. Ia membongkar semua pakaiannya dan memilih salwar suit berwarna ungu untuk dikenakannya ke kampus (dan menemui Anant). Ketika ia menyetrika bajunya itu, Ibu datang dan bertanya ini-itu soal pakaian yang dibongkar Navya. Takut ketahuan, Navya meminta Ibunya keluar dari kamarnya. Setelah Ibu keluar, Navya mulai berlatih cara mengucapkan terima kasih kepada Anant yang terdengar keren.
***
Di sisi lain, Anant bicara ditelpon dengan seorang teman mengenai beberapa rencana yang akan dilakukannya di kampus. Adik perempuan Anant datang dan menggoda Anant telah jatuh cinta dengan seorang gadis tidak dikenal di hari pertamanya kuliah, terlebih itu adalah Hari Valentine.
Mereka berpapasan dengan Nenek. Melihat tingkah adiknya Anant, Nenek menegusnya, “Kamu ini sama seperti Ibumu, sama sekali tidak berguna.” Mata adiknya Anant berkaca-kaca. Ia segera pergi meninggalkan Anant dan Nenek.
Anant kemudian bertanya pada Nenek apa yang dilakukan Nenek di kamarnya? Dengan ketus Nenek menjawab, “Apa aku tidak boleh datang ke kamarmu tanpa melakukan apapun? Atau aku harus kembali ke Abhaya?” Anant meminta maaf karena pertanyaannya lancang. Nenek mengiyakan, untuk sekali kesalahan bisa dimaafkan, tapi tidak berkali-kali. (Dasar nenek-nenek! :p).
Ayah Navya sarapan, saat istrinya mengatakan padanya bahwa dirinya mau memanggil mertuanya Renuka.
Meeta datang ke meja makan. Ayah bertanya padanya bahwa dirinya mau bertanya pada Navya soal pemuda itu. “Aku akan menanyainya sekembalinya ia dari kampus,” sahut Meeta.
“Navya kan sudah punya banyak teman perempuan. Jadi dia nggak usah punya teman laki-laki!” terang Ayah. Pada akhirnya, pria paruh baya itu berangkat kerja.
Di kampus, Navya melihat Appy dan Ritika di kejauhan. Segera, dia mendekati mereka.
“Wah, kamu ini hebat banget, Navya, dua tahun aku berusaha menjadikan diriku terkenal di kampus ini tapi nggak bisa-bisa. Kamu hanya butuh waktu satu hari untuk terkenal seorang diri,” ucap Appy mencandai Navya.
“Seorang diri?” tanya Ritika, kemudian mengimbuhi, “Siapa bilang dia seorang diri? Dia bersama Anant loh.”
Keduanya lalu menyadari penampilan yang berbeda dari Navya. Hal itu membuat Navya malu. Tiba-tiba Ritika berteriak, “Hei, itu Anant!” Navya menoleh tapi tidak menemukan siapapun ada di sana. Tahulah dia sedang dikerjai Ritika. Dia mengejar Ritika yang bersembunyi di balik badan Appy. Saat itu, Anant benar-benar lewat dan Appy segera memberitahu Navya.
Navya tidak percaya. Appy menegaskan jika itu benar-benar Anant. Navya pun menoleh dan menemukan Anant berjalan sambil memainkan lempar buku. Ritika langsung menyuruh Navya untuk mengucapkan terima kasih.
“Nggak ah,” nyali Navya menciut begitu melihat wajah Anant, “Paling dia juga sudah lupa dengan gadis yang diselamatkannya.”
Appy dan Ritika terus mendorong Navya ke arah Anant untuk melakukannya. Keberanian Navya muncul. Begitu mulai mendekati Anant, seorang mahasiswi lain tiba-tiba muncul dan langsung memeluk Anant. Navya mundur teratur, kecewa. Sementara Appy dan Ritika terkejut dengan apa yang mereka lihat.
ConversionConversion EmoticonEmoticon