ceritasinopsis.blogspot.com | Ritika yang sampai di kampus celingak-celinguk mencari sahabat. Ketika melihat Navya keluar dari dalam mobil, ia buru-buru menghampirinya, dan menyapanya. Tidak lama kemudian, Appy mendekati mereka. Ritika kembali menyapa sahabatnya. Kemudian, ia merangkul kedua sahabatnya itu sambil berucap, “Selamat hari Valentine!!!” Mereka pun menuju ke kelas.
Di lorong kampus, seorang pemuda, namanya Ranvir, berjalan mendekati mereka bertiga. Ranvir ini pacarnya Ratika. Appy berbisik pada Ratika, “Eh, gacoan lo dateng tuh.” Melihat kedatangan Ranvir, Ritika jadi salting. Ia bertanya pada dua sahabatnya itu tentang penampilannya. Kedua sahabatnya menjawab jika penampilan Ratika cantik. Appy lantas berbisik, “Gue takut nih teman-teman.”
“Takut kenapa?” tanya Navya. Appy menyebutkan kekhawatirannya adalah di antara mereka bertiga yang akan kawin lebih dulu adalah Ratika, sebab ia yang punya pacar paling pertama. Ranvir menyapa mereka semua. Lalu, mengarahkan pandangannya ke arah Ratika untuk memberikan bunga. Yang diberi bunga hanya mesam-mesem, malu.
Jauh di belakang Ranvir, terdengar suara seorang pemuda memanggil nama Ranvir, mengajaknya masuk kelas. Ranvir menyuruhnya pergi lebih dulu. Navya melongok ke belakang pundak Ranvir untuk melihat siapa pemuda yang memanggil Ranvir. Begitu melihat wajahnya, Navya segera terpesona, tak memalingkan wajahnya walau sesaat. Ritika bertanya, “Siapa pria itu?”
“Oh, namanya Anant, teman sekelasku. Dia mahasiswa pindahan,” sahut Ranvir. Itulah saat keduanya bertemu.
***
Ayah Navya menghubungi istrinya di rumah untuk menanyakan apakah Navya sudah menelpon atau belum? Ibu mengatakan belum. Ayah kemudian meminta Ibu untuk menonton berita televisi yang menayangkan demontrasi besar-besaran terhadap komunitas pembenci hari Valentine. Para demonstran itu merusak semua tempat yang merayakan hari Valentine di sekolah dan kampus. Para demonstran ini juga tak segan-segan memukul para penentangnya.
Sontak Ibu khawatir dan mengatakan akan segera menghubungi Navya. Ayah mengaku sudah mencoba menghubungi Navya tapi tidak diangkat-angkat. “Barangkali, Navya lagi ada kelas, Yah. Jadi, nggak bisa mengangkat telpon,” jelas Ibu, coba menenangkan kegundahan hati sang suami. Padahal, hatinya dag-dig-dug-der-daia melihat berita di televisi. Ayah kemudian menjelaskan akan menjemput Navya saja di kampus.
***
Ketika sedang berbincang bersama dua sahabatnya itu, Navya meminta ponselnya yang dititipkan pada Ritika. Ritika menyerahkan bunga dan gelas (mug) bertuliskan I Love You pada Navya, yang kemudian terkejut ada dua puluh lima panggilan tak terjawab ayahnya. Ia mencoba menghubungi ayahnya, sementara Appy dan Ritika mendekati Ranvir yang berdiri di depan mobilnya. Lalu, mata Navya memandang sesuatu yang berbahaya, tapi ia sendiri sempat berteriak, “Awas!!!”
Sayang terlambat. Seorang pria mendorong tubuh Ranvir sampai terjatuh, kemudian dengan tongkat baseball menghancurkan kaca mobilnya. Ritika dan Appy terkejut. Selanjutnya, para demonstran yang dimaksud Ayah Navya menyerang para mahasiswa-mahasiswi dan menghancurkan benda-benda berbau perayaan Valentine. Sampai salah seorang di antara para demonstran, yang mencegat langkah Navya, memerintahkan mereka untuk berhenti.
Pria itu membaca tulisan di mug yang dipegang Navya, “Hmm, I Love You!” Ia kemudian tersenyum sinis dan berujar kembali, “Dasar, gadis nggak tahu malu! Apa orang tuamu menyekolahkanmu ke kampus untuk melakukan semua ini? Baiklah, aku akan melakukan tugas, yang seharusnya dilakukan oleh ayahmu. Aku akan berikan kau pelajaran yang akan kau ingat seumur hidup!” Tangan pria itu bersiap menampar Navya, yang hanya berdiri meringkuk ketakutan dengan tangan menutupi kepalanya. Namun, sebuah tangan menahan tangan pria itu untuk memukul Navya. Pemilik tangan itu yang menahan tangan pria yang menampar pasang badan untuk melindungi Navya, lalu menghempaskannya. Sehingga, si pria terjengkang.
Navya berusaha mencari tahu pria itu, tapi pria itu berbalik... Dia adalah Anant. “Kau tidak apa-apa?” tanya si ganteng kepada Navya, yang ekspresi cemasnya berubah menjadi ekspresi gembira. Navya pun membeku, terpesona oleh kegantengan Anant. Waktu seolah berhenti – hanya ada dirinya dan Anant.
Di lorong kampus, seorang pemuda, namanya Ranvir, berjalan mendekati mereka bertiga. Ranvir ini pacarnya Ratika. Appy berbisik pada Ratika, “Eh, gacoan lo dateng tuh.” Melihat kedatangan Ranvir, Ritika jadi salting. Ia bertanya pada dua sahabatnya itu tentang penampilannya. Kedua sahabatnya menjawab jika penampilan Ratika cantik. Appy lantas berbisik, “Gue takut nih teman-teman.”
“Takut kenapa?” tanya Navya. Appy menyebutkan kekhawatirannya adalah di antara mereka bertiga yang akan kawin lebih dulu adalah Ratika, sebab ia yang punya pacar paling pertama. Ranvir menyapa mereka semua. Lalu, mengarahkan pandangannya ke arah Ratika untuk memberikan bunga. Yang diberi bunga hanya mesam-mesem, malu.
Jauh di belakang Ranvir, terdengar suara seorang pemuda memanggil nama Ranvir, mengajaknya masuk kelas. Ranvir menyuruhnya pergi lebih dulu. Navya melongok ke belakang pundak Ranvir untuk melihat siapa pemuda yang memanggil Ranvir. Begitu melihat wajahnya, Navya segera terpesona, tak memalingkan wajahnya walau sesaat. Ritika bertanya, “Siapa pria itu?”
“Oh, namanya Anant, teman sekelasku. Dia mahasiswa pindahan,” sahut Ranvir. Itulah saat keduanya bertemu.
***
Ayah Navya menghubungi istrinya di rumah untuk menanyakan apakah Navya sudah menelpon atau belum? Ibu mengatakan belum. Ayah kemudian meminta Ibu untuk menonton berita televisi yang menayangkan demontrasi besar-besaran terhadap komunitas pembenci hari Valentine. Para demonstran itu merusak semua tempat yang merayakan hari Valentine di sekolah dan kampus. Para demonstran ini juga tak segan-segan memukul para penentangnya.
Sontak Ibu khawatir dan mengatakan akan segera menghubungi Navya. Ayah mengaku sudah mencoba menghubungi Navya tapi tidak diangkat-angkat. “Barangkali, Navya lagi ada kelas, Yah. Jadi, nggak bisa mengangkat telpon,” jelas Ibu, coba menenangkan kegundahan hati sang suami. Padahal, hatinya dag-dig-dug-der-daia melihat berita di televisi. Ayah kemudian menjelaskan akan menjemput Navya saja di kampus.
***
Ketika sedang berbincang bersama dua sahabatnya itu, Navya meminta ponselnya yang dititipkan pada Ritika. Ritika menyerahkan bunga dan gelas (mug) bertuliskan I Love You pada Navya, yang kemudian terkejut ada dua puluh lima panggilan tak terjawab ayahnya. Ia mencoba menghubungi ayahnya, sementara Appy dan Ritika mendekati Ranvir yang berdiri di depan mobilnya. Lalu, mata Navya memandang sesuatu yang berbahaya, tapi ia sendiri sempat berteriak, “Awas!!!”
Sayang terlambat. Seorang pria mendorong tubuh Ranvir sampai terjatuh, kemudian dengan tongkat baseball menghancurkan kaca mobilnya. Ritika dan Appy terkejut. Selanjutnya, para demonstran yang dimaksud Ayah Navya menyerang para mahasiswa-mahasiswi dan menghancurkan benda-benda berbau perayaan Valentine. Sampai salah seorang di antara para demonstran, yang mencegat langkah Navya, memerintahkan mereka untuk berhenti.
Pria itu membaca tulisan di mug yang dipegang Navya, “Hmm, I Love You!” Ia kemudian tersenyum sinis dan berujar kembali, “Dasar, gadis nggak tahu malu! Apa orang tuamu menyekolahkanmu ke kampus untuk melakukan semua ini? Baiklah, aku akan melakukan tugas, yang seharusnya dilakukan oleh ayahmu. Aku akan berikan kau pelajaran yang akan kau ingat seumur hidup!” Tangan pria itu bersiap menampar Navya, yang hanya berdiri meringkuk ketakutan dengan tangan menutupi kepalanya. Namun, sebuah tangan menahan tangan pria itu untuk memukul Navya. Pemilik tangan itu yang menahan tangan pria yang menampar pasang badan untuk melindungi Navya, lalu menghempaskannya. Sehingga, si pria terjengkang.
Navya berusaha mencari tahu pria itu, tapi pria itu berbalik... Dia adalah Anant. “Kau tidak apa-apa?” tanya si ganteng kepada Navya, yang ekspresi cemasnya berubah menjadi ekspresi gembira. Navya pun membeku, terpesona oleh kegantengan Anant. Waktu seolah berhenti – hanya ada dirinya dan Anant.
ConversionConversion EmoticonEmoticon