ceritasinopsis.blogspot.com | Tiba-tiba waktu berjalan kembali, setelah pria yang dihempaskan Anant memerintahkan anak buahnya untuk memegangi Anant. Ranvir hendak menolong, tapi Ritika menggendolinya. Baru mau menghajar Anant, seorang demonstran membisiki pria itu. Lalu, pria itu menyuruh dua anak buahnya melepaskan pegangannya pada Anant. “Jadi, kau ini cucunya Shankar Wajpai?” tanya pria pendemo itu sambil menuding-nuding Anant, “Bagaimana bisa cucu tokoh ternama melakukan hal-hal semacam ini? Aku akan bicara pada kakekmu!”
Ayah Navya baru sampai di kampus dan segera mencari Navya yang tengah dituding-tuding telah mendapatkan hadiah dari Anant. Navya menggelengkan kepala untuk mengatakan bukan. Ayah menyapa Navya begitu menemukannya. Pria demonstran itu terus melancarkan tuduhan-tuduhan bahwa makin banyak “sampah masyarakat” berkeliaran. Ayah pasang badan untuk putrinya saat pria itu mencak-mencak. “Anda boleh hidup dalam kemewahan. Biar aku yang membersihkan sampah-sampah seperti ini,” kata pria itu kemudian pergi, “Sampaikan juga salamku untuk kakeknya (menunjuk Anant).”
Saat para demonstran bubar jalan, Ayah segera menarik tangan Navya untuk mengikutinya. Saat menuju mobil, Navya sempat menoleh ke belakang dan menemukan Anant hanya berdiri menatapnya. Mereka sempat saling bertatapan mata.
***
Di rumah, Ayah terdiam memandangi hadiah Valentine yang dibawa Navya. Ibu menjelaskan jika hadiah itu bukan milik Navya. Nenek memarahi Ibu karena percaya begitu saja pada Navya, padahal Ayah melihat dengan mata kepala sendiri bahwa hadiah ini adalah milik Navya yang diberikan oleh seorang pemuda (oh, penilaian yang salah).
Ayah berdiri dan mendekati Navya. “Selama ini, Ayah mempercayaimu, Navya. Tapi, lihat balasan apa yang kau berikan padaku?” Ayah menggelengkan kepalanya, tidak percaya dengan apa yang telah ditemukannya. Ia merasa gagal mendidik Navya dan mengingatkan supaya Navya tidak perlu pergi ke kampus lagi mulai besok. Ia tidak mengizinkan Navya bertemu dengan siapapun lagi.
Ayah Navya baru sampai di kampus dan segera mencari Navya yang tengah dituding-tuding telah mendapatkan hadiah dari Anant. Navya menggelengkan kepala untuk mengatakan bukan. Ayah menyapa Navya begitu menemukannya. Pria demonstran itu terus melancarkan tuduhan-tuduhan bahwa makin banyak “sampah masyarakat” berkeliaran. Ayah pasang badan untuk putrinya saat pria itu mencak-mencak. “Anda boleh hidup dalam kemewahan. Biar aku yang membersihkan sampah-sampah seperti ini,” kata pria itu kemudian pergi, “Sampaikan juga salamku untuk kakeknya (menunjuk Anant).”
Saat para demonstran bubar jalan, Ayah segera menarik tangan Navya untuk mengikutinya. Saat menuju mobil, Navya sempat menoleh ke belakang dan menemukan Anant hanya berdiri menatapnya. Mereka sempat saling bertatapan mata.
***
Di rumah, Ayah terdiam memandangi hadiah Valentine yang dibawa Navya. Ibu menjelaskan jika hadiah itu bukan milik Navya. Nenek memarahi Ibu karena percaya begitu saja pada Navya, padahal Ayah melihat dengan mata kepala sendiri bahwa hadiah ini adalah milik Navya yang diberikan oleh seorang pemuda (oh, penilaian yang salah).
Ayah berdiri dan mendekati Navya. “Selama ini, Ayah mempercayaimu, Navya. Tapi, lihat balasan apa yang kau berikan padaku?” Ayah menggelengkan kepalanya, tidak percaya dengan apa yang telah ditemukannya. Ia merasa gagal mendidik Navya dan mengingatkan supaya Navya tidak perlu pergi ke kampus lagi mulai besok. Ia tidak mengizinkan Navya bertemu dengan siapapun lagi.
ConversionConversion EmoticonEmoticon