Sinopsis Navya Episode 3



ceritasinopsis.blogspot.com | Episode kali ini dengan Navya yang berdiri di dekat meja makan dan melihat ke belakang, menatap Ayahnya yang sedang duduk menonton televisi sambil mengerjakan pekerjaannya. Ibunya datang. Pelan-pelan, Navya bertanya pada Ibunya, “Apa Ayah akan mengizinkanku kuliah lagi?” Ibu mengelus tangan kanan Navya untuk menyatakan bahwa Ayahnya memang sangat keras terhadap putrinya. Meski begitu, ia meminta Navya untuk bicara pada Ayah lagi.

Ragu-ragu, Navya yang gugup mendekati Ayahnya. Ketika ia hendak membicarakan kuliahnya lagi, suara reporter di televisi membicarakan demonstrasi yang makin parah soal Hari Valentine. Mata Navya, Ayah, dan Nenek segera memperhatikan layar televisi. Nenek yang duduk tak jauh dari Ayah mulai berkoar tentang waktu yang mulai berubah dan kampus. Ia mengatakan kepada Meeta (nama Ibunya Navya) untuk bertandang ke Kuil Hanoman besok, meminta berkat kepadanya hari ini.
Pada akhirnya, Navya mengurungkan niatnya untuk bicara pada Ayah. Ia mulai pergi, tapi Ayah memanggilnya kembali, “Navya ada apa?” Terbata-bata, Navya bertanya apa Ayah memberinya izin supaya dirinya bisa kembali ngampus?

***

Sementara itu, Anant masuk ke dalam ruangan untuk disidang. Ibu dan Bibi menyusulnya. Di dalam ruangan, Kakek memandang jauh keluar jendela. Melihat Anant sudah ada di sana, Nenek mengeluhkan sikap Anant yang mempermalukan keluarga.
Tidak lama kemudian Ayah marah, mempertanyakan tujuan Anant pergi ke kampus? Kemarahan Ayah membuat Anant gugup. Ia terbata-bata menjawab, “Untuk belajar.” Ayah menatap tajam wajah Anant dan kembali bertanya, “Apa kamu merasa bahwa apa kamu lakukan hari ini merupakan bagian dari proses pembelajaranmu? Siapa dia (merujuk pada Navya, red.) dan sudah berapa lama kamu mengenalnya?”

Saudara Anant yang ada di sana meminta Anant untuk tidak diam saja dan memberitahu Ayah yang sebenarnya. Nenek menegur saudaranya Anant supaya tidak mengganggu saat orang tua sedang bicara.

“Saya tidak tahu, Ayah,” jawab Anant, “Aku membantunya, karena para pendemo mengganggunya.” Ayah tidak percaya dengan jawaban putranya.
Namun, Kakek (membalikkan tubuh) meminta Ayah Anant mempercayai kata-kata putranya sendiri.  Ia menatap Anant dan menegaskan bila dirinya mempercayai Anant telah membantu menyelamatkan gadis itu. “Benar, Hari Valentine bukanlah bagian dari budaya kita,” tukas Kakek, “Apa yang dikatakan pada pendemo juga benar. Hanya saja, cara mereka mengatakannya yang salah.”

Ibu Anant yang berdiri di kejauhan tersenyum mendengar penjelasan Kakek yang lebih memuaskan.
Previous
Next Post »
Thanks for your comment